Selasa, 03 Mei 2016

PELAKSANAAN RAKOR PENINGKATAN SINERGITAS PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA



Sejak tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH) dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang perlindungan sosial.
 PKH dikenal di negara lain dengan istilah Conditional Cash Transfer (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. PKH bukan merupakan kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan PKH di Indonesia diharapakan akan membantu penduduk termiskin, bagian masyarakat yang paling membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga. Pelaksanaan PKH secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium. Dan kini di Tahun 2016 tetap dilanjutkan.
Program ini bersifat lintas sektor dan melibatkan Kementerian Sosial sebagai leading sector dalm berkoordinasi dengan berbagai lembaga mulai dari tingkat pusat sampai daerah yang tergabung dalam Tim Koordinasi PKH serta Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH). Adapun pihak-pihak yang terlibat dan bertanggung jawab dibalik keberhasilan PKH ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :


Gambar 1: Struktur Organisasi PKH

Dalam mendukung pelaksanaan Program PKH perlu dilakukan peningkatan kapasitas para pendamping dan operator yang menjadi ujung tombak pelaksanaan dilapangan. Peningkatan kapasitas mencakup upaya untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan pendampingan serta mengatasi berbagai persoalan pelaksanaan PKH melalui Rapat Koordinasi Program Keluarga Harapan.
Dalam hal ini UPPKH Provinsi rutin melaksanakan kegiatan Rakor setiap Tahun. Dengan adanya Rakor diharapkan agar para pendamping dan operator mendapatkan pemahaman yang jelas tentang mekanisme pelaksanaan Program Keluarga Harapan.
Untuk pelaksanaan Rakor Tahun 2016 ini berbeda dengan rakor-rakor sebelumnya. Pada tahun ini pelaksanaan rakor tidak terpusat di provinsi tetapi dibagi dalam IV region yaitu :
Ø Region I     : Kabupaten Timor Tengah Utara (30 Maret – 31 Maret 2016) terdiri   dari beberapa kabupaten yaitu : Kota Kupang, Kab. Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, Rote Ndao dan Sabu Raijua
Ø Region II    : Kabupaten Sumba Barat Daya (Belum ada jadwal) terdiri   dari beberapa kabupaten yaitu : Sumba Timur, sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya
Ø Region III  : Kabupaten Manggarai Barat (Belum ada jadwal) terdiri   dari beberapa kabupaten yaitu : Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada dan Nagekeo
Ø Region IV   : Kabupaten Sikka (14 April-15 April 2016) terdiri dari beberapa kabupaten yaitu : Sikka, Ende, Flores Timur dan Lembata
Untuk pembagian kabupaten per region berdasarkan jarak dengan mempertimbangkan waktu tempuh dan akses transportasi (darat, laut dan udara) ke lokasi rakor tersebut.

Rabu, 30 Maret 2016 : Pembukaan Rakor
        Acara pembukaan rakor dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars PKH dihadiri oleh peserta rakor yang terdiri atas pendamping, operator, korkab dan Ketua UPPKH dari 8 (delapan) kabupaten/kota yang berjumlah 212 orang serta panitia provinsi sebanyak 10 orang.


Gambar 2 : Peserta Rakor

        Setelah itu dilanjutkan oleh pembacaan sususan acara dan laporan Ketua Panitia yang dibacakan oleh Muktar Lubis, S.Sos, M.Si disaksikan oleh peserta Rakor

Gambar 3 : Pembacaan Laporan Kegiatan Rakor

Hadir pada saat itu Kepala Dinas Sosial Provinsi NTT Drs. Wilhelmus Foni, M.Si, Narasumber dari Kementerian Sosial Drs. Agus Sunarman, Ketua UPPKH Provinsi NTT Johanis Mau, S.Sos,MM, Asisten II Kab. TTU dan Ketua UPPKH Kab. TTU Pankrasius Tena Wahen, S.IP. Setiap pembicara memaparkan sekilas tentang  PKH dalam kaitannya dengan pelaksanaannya di Provinsi NTT

Gambar 4 : Sambutan dari Asisten II Kab. TTU


Gambar 5 : Sambutan dari Drs. Agus Sunarman (Kemensos)


Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Sosial Provinsi NTT Drs. Wilhelmus Foni, M.Si menyampaikan materi tentang Peran Dinas Sosial Provinsi dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Nusa Tenggara Timur. 



Gambar 6 : Narasumber Provinsi, Kepala Dinas Sosial Provinsi NTT
        Drs. Wilhelmus Foni, M.Si


Diakhir materi dengan resmi Kepala Dinas Sosial Provinsi NTT Drs. Wilhelmus Foni, M.Si  membuka Rakor serta foto bersama dengan peserta rakor dari masing-masing Kabupaten/Kota.

Kamis, 31 Maret 2016 : Materi Narasumber
        Hari kedua pelaksaan rakor dimulai dengan pemaparan materi tentang 
“Kebijakan Program Keluarga Harapan” oleh Drs. Agus Sunarman dari kementerian Sosial.




Gambar 7 : Narasumber Pusat, Drs. Agus Sunarman

Setelah itu, sesuai dengan agenda kegiatan, maka materi kedua untuk kegiatan hari itu dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTT namun karena bertepatan dengan kegiatan lain maka narasumber tidak bisa hadir di kegiatan tersebut maka diganti dengan sekapur sirih dari Ketua UPPKH Kab. TTU Pankrasius Tena Wahen, S.IP tentang pelaksanaan PKH di Kabupaten TTU.



Gambar 8 : Sekapur sirih dari Ketua UPPKH Kab. TTU
 Pankrasius Tena Wahen, S.IP

Penutupan Rakor
Acara penutupan ini ditandai dengan penanda tangannan nota kesepakatan rakor oleh perwakilan peserta dan disaksikan oleh seluruh peserta rakor dari 8 Kabupaten/Kota. Kesepakatan rakor ini diakhiri dengan pengalungan selendang adat dari peserta ke narasumber dan panitia.


Gambar 9 : Penggalungan selendang kepada
               Drs. Agus Sunarman



Gambar 10 : Penggalungan selendang
                 kepada Panitia


Gambar 10 : Foto Bersama Narasumber


Gambar 11: Foto Bersama Panitia dan Narasumber

                Diakhir rakor ini ditutup dengan foto bersama dan ramah tamah antara peserta rakor dan pihak-pihak terkait lainnya (Willy / Operator Prov NTT)

Senin, 22 Februari 2016

SURAT TERBUKA UNTUK PENDAMPING PKH MANGGARAI TIMUR


Borong, 6 Februari 2016

Dear Pendamping,
Seakan waktu tidak dapat diajak kompromi. Semakin dia dikejar, semakin ia berlari. Entah sampai kapan, yang pasti waktu itu berlari mengitari peradaban. Terkadang kita terdiam dalam lingkaran penuh optimisme, tapi kadang juga pesimisme menghantui. Kadang juga kita menggurui waktu dalam situasi tertentu untuk melegalkan keinginan, namun waktu akan terus berlari tanpa henti. Kita mungkin akan berhenti sejenak, sekedar mengais kerinduan yang terberi pada secangkir kopi atau sebatang rokok atau pada sapaan anak-anak saat kita pulang rumah usai bergelut dengan lintasan yang mengerikan atau pada sekumpulan orang yang sedang bertukar cerita atau pada media sosial yang selalu mengundang tawa, kesedihan, kegundahan, kegalauan dan mem-bully kita, jika kita tidak selektif.

Dear Pendamping,
Sudah hampir setengah dari Bulan Februari, kita semua bergelut dengan pekerjaan. Kalian bergelut dengan medan penuh terjal. Jatuh dan bangun. Kebisingan kota ditinggal sebentar. Aroma khas perkampungan dan lintasan terjal imbangi perjlanananmu semua. Tidak ketinggalan juga, dureng[1] mengamuk, angin yang disertai angin menghampiri perjalanan, ancaman bencana di jalur lintasan perjalanan kita menemani setengah dari Bulan Februari. Lintasan perjalananmu semakin tidak nyaman. Mantel bertuliskan PKH Kementrian Sosial, pemberian setahun lalu mungkin masih melilit di ragamu. Atau mungkin, mantel bercelana yang menutup sampai ujung kakimu. Atau mungkin, tanpa mantel kalian berjalan.
Di media sosial Facebook, foto kalian terpampang rapi. Balutan busana PKH memberi sinyal kepada semua orang siapa kalian. Seakan ingin sekali bertanya dan berceloteh ria, seberat inikah pekerjaanmu? Seberapa gajimu, sampai-sampai harus menghadang maut dan meninggalkan istri dan anak untuk beberapa hari? Tidak! Mungkin ini jawaban yang pas. Menjadi Pendamping PKH bukan soal berat ringan pekerjaan, bukan juga soal seberapa besar gaji yang diterima, bukan juga untuk mendapat pujian dari istri, anak atau orang lain, bukan juga moment untuk menarik massa. Pendamping lahir dari komitmen. Komitmen untuk kemanusiaan. Hanya segelintir orang yang punya komitmen untuk kemanusiaan. Jika dihitung secara matematis, gaji bulanan yang kita terima tidak sebanding dengan pekerjaan kita. Sebagai ratio pembanding, Pendamping yang tinggal di Borong dan melayani pendampingan di daerah Elar dan Elar Selatan atau di Pantura (Dampek dan Pota) harus berjalan sehari penuh untuk sampai pada tempat tujuan. Seberapa besar akibat yang akan ditimbulkan. Namun, bukan itu yang kita butuhkan, namun komitmen untuk kemanusiaan menjadi senjata pemungkas meraih kesejahteraan. Kita bukan sedang berspekulasi atau meng-kalkulasi untung dan ruginya. Namun, fakta menunjukkan dan menjawabi komitmen bersama kita. Seandainya dulu, kita tidak punya komitmen, entahlah apa yang terjadi. Bisa jadi kita terperangkap dalam mekanisme asal jadi. Regulasi menjadi tontonan semu. KSM menjadi biola tak berdawai.

Dear Pendamping,
Kemarin ketika saya membuat Rencana Tindak Lanjut PKH Manggarai Timur menjawabi tuntutan Pengendalian Bisnis PKH, saya memutar otak mencari titik acuan. saya sampai pada titik, dimana saya menjadi tercengang, terperangah dan sampai pada celoteh ringan,,wah..ternyata ini lebih mengerikan ketimbang yang kami rasakan selama ini. Saya tersentak membaca regulasi PKH di luar negeri. Sengaja saya tidak membandingkan dengan PKH di wilayah Indonesia, karena regulasinya sama dan yang membedakannya adalah pengalaman di lapangan.
Program Keluarga Harapan sudah ada dan berkembang cukup lama di luar negeri. Mereka menyebutnya Conditional Cash Transfers. PKH yang paling sukses adalah CCT di Brasil, Cile dan Mexiko sementara India dan Cina masih dalam proses pencapaian target Nasionalnya. Dalam Working Paper Internasional Proverty Centre digambarkan secara komprehensif tentang perkembangan PKH di Brasil, Cile dan Meksiko. Sergei Soares;  Rafael Guerreiro Osório; Fábio Veras Soares; Marcelo Medeiros and Eduardo Zepeda merupakan peneliti di Institute of Applied Economic Research, IPEA dan International Poverty Centre, IPC/UNDP yang meneliti tentangkeberadaan CCT di tiga negara tersebut. Mereka meramunya dalam tulisan yang berjudul Conditional Cash Transfers In Brazil, Chile And Mexico: Impacts Upon Inequality yang sudah dimuat di Jurnal IPC pada April 2007.
            Persoalan kemiskinan  yang melanda sebagian Negara di Amerika Latin, mengingatkan kita akan persoalan ketikadadilan sosial. Keatidakadilan sosial menjadi Trending Topic wilayah Lionel Messi, dkk. Stratifikasi sosial yang melilit wilayah ini membawa dampak pada kemiskinan, penderitaan dan ketidakadilan sosial. Sebagai bentuk tanggung jawab Pemerintah, sebagian negara di Amerika Latin meliuncurkan program bantuan sosial. Salah satunya adalah Program Keluarga Harapan. Menurut Sergei Soares, dkk CCT/Program Keluarga Harapan (untuk Indonesia) lahir dari berbagai persoalan Bangsa, seperti kesulitan fiskal, lembaga kerjasama multilateral dan bilateral, yang ingin membebaskan diri dari stigma birokrasi rumit pekerjaan yang memiliki dampak yang kecil pada orang miskin, kapitalisme global dan stratifikasi sosial. Inilah yang menyebabkan menjamurnya orang-orang miskin di Amerika Latin.
Program Keluarga Harapan di wilayah Amerika Latin baru mulai tahun 2000-an. Berikut ini dibeberkan tiga negara yang menjalankan PKH.

1.      BRASIL: The Bolsa Família
Brasil merupakan salah satu negara yang masuk dalam Kategori negara miskin di dunia. Untuk menunjang kehidupan masyarakatnya Pemerintah Federasi Brasil meluncurkan program yang diberi nama The Bolsa Familia. bantuan sosial ini bersifat tunai bersyarat. CCT di brasil di-lounching pada Oktober 2003 yang diperuntukkan untuk warga miskin dengan ketentuannya adalah keluarga yang masuk dalam kategori, yaitu Bumil, balita, apras, SD dan SMP. Kisaran bantuan yang diperoleh oleh keluarga penerima bantuan bervariasi. Pemerintah Brasil membaginya sesuai dengan jenis tingkat kemiskinannya, yaitu pertama, keluarga dalam kemiskinan ekstrim (dengan pendapatan per kapita per bulan di bawah R $ 50 /680,500,-, kurs rupiah per 5/2/2016 sebesar 13,610,00) menerima bantuan dari The Bolsa Familia sebesar R $ 50 (Rp 680,500/ setiap bulan. Namun, ada keluarga yang masuk dalam golongan ini menerima bantuan sebesar R $ 95 ($ 91 PPP) adalah jumlah tertinggi ditransfer oleh Bolsa Familia untuk keluarga dalam kemiskinan ekstrim. kedua, Keluarga miskin sedang (dengan pendapatan bulanan per kapita antara R $ 50/Rp 680,500,-, dan R $ 100/Rp 1,361,000,-) hanya menerima R $ 15 Rp 217,760,-) / bulan per anak atau wanita hamil, juga untuk maksimal tiga anak-anak atau perempuan. Jadi, jumlah R $ 45 (Rp 612,450,-) adalah nilai tertinggi ditransfer ke keluarga cukup miskin. Teman-teman, tinggal dikalkulasi berapa setahun jumlah bantuan per KSM. PKH sebagai program bersyarat ditentukan oleh tingkat kehadiran anak-anak di Sekolah dan Faskes.

2. Chile: Chile solidario
Chile Solidario diciptakan pada Mei 2002 sebagai sistem perlindungan sosial yang ditargetkan pada orang-orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrim. Tujuannya adalah untuk membantu 225.000 keluarga (dari total populasi sekitar 16 juta orang) diidentifikasi sebagai yang hidup dalam kemiskinan ekstrim menurut data dari Casen
2000, National Household Survey Chili. Chili Solidario memiliki tiga komponen: i) Dukungan keluarga dan transfer tunai bersyarat (Bono de proteccion a la Família - Programa Puente); ii) subsidi Moneter: Subsidio Único Familiar (subsidi Keluarga), subsidi air minum, dan cacat dan tua non-iuran pensiun (pasis); dan iii Prioritas akses ke program perlindungan sosial lainnya. Pada tahun 2003, nilai adalah 10.500 peso ($ 33/Rp 449, 130,-) per bulan selama enam bulan pertama dalam program; nilai Subsidio Único akrab selama enam bulan terakhir dari program ini adalah 3.716 peso ($ 12/Rp 163,320,-).

3. Mexico: Oportunidades
Oportunidades adalah program CCT terkenal. Awalnya bernama Progresa, itu dimulai pada tahun 1997 selama pemerintahan Zedillo (1996-2001). Progresa tertutup awalnya 0,3 juta rumah tangga dan diperluas menjadi 2,5 juta pada tahun 2000. Pada tahun-tahun awal, fokusnya adalah pada kota miskin pedesaan dengan kurang dari 2.500 penduduk yang memiliki minimal sekolah yang diperlukan dan fasilitas kesehatan untuk kondisionalitas yang akan diterapkan. Administrasi Fox (2001-2006) berubah nama dari program untuk Oportunidades, memperluas keanggotaannya untuk lima juta rumah tangga penerima pada 2004, dan diperpanjang cakupannya untuk memasukkan lokasi perkotaan kecil dengan 2.500 untuk 14.999 penduduk pada tahun 2001, dan untuk semua daerah perkotaan satu tahun kemudian.
Transfer ini memiliki tiga komponen dasar, dua di antaranya adalah bersyarat dan satu non bersyarat. Rumah tangga manfaat dari Oportunidades menerima transfer tanpa syarat dalam jumlah 250 peso ($ 32/Rp 435,520,-) per orang dewasa lanjut usia dalam rumah tangga.
Selain itu, rumah tangga menerima transfer dukungan makanan dari 189 peso ($ 24/Rp 326,640,-) tergantung pada hadir sesi pelatihan tentang gizi dan kesehatan. Transfer yang lebih substantif, meskipun, adalah beasiswa yang diberikan kepada anak-anak dan orang dewasa muda di kelas tiga sampai 12. Beasiswa tersebut tergantung pada kehadiran di sekolah dan pemeriksaan kesehatan; sekolah mengesahkan pertama sementara klinik kesehatan membuktikan kepatuhan pada kedua.
            Nah, teman-teman bisa dipastikan bahwa Program Keluarga Harapan yang sedang kita jalani sekarang ternyata sudah lebih dahulu di negara lain. Yang membanggakan bahwa persyaratan yang dibuat, hampir sama, namun yang membedakannya adalah jumlah bantuannya yang berbeda.


Dear Pendamping
Program Keluarga Harapan di Kabupaten Manggarai Timur sudah berjalan hampir memasuki usia empat tahun. Ada begitu banyak cerita yang terekam di memori kita semua. Sekedar berceloteh, masihkah memori itu tertata rapi? Jika ada, ceritakan pada semua orang, agar mereka tahu, betapa mulianya menjadi seorang Pendamping. Menjadi pendamping bukan pada bagaimana ia berjalan melewati lintasan terjal yang sewaktu-waktu akan jatuh dan bangun untuk melanjutkan perjalanan. Bukan bagaimana ia melewati banjir bandang dengan menggerutu, Tuhan tolong saya. Atau bukan bagaimana ia penuh was-was jangan-jangan motornya macet atau kehabisan bensin di tengah jalan. Atau bukan bagaimana ia menyelesaikan tugas administrasinya di Fasdik dan Faskes. Atau bukan bagaimana ia, begitu bernafas lega ketika sms Banking membangukannya di pagi hari. Atau bukan bagaimana ia harus merelakan istri dan anak ditinggal walau hanya sehari atau dua atau tiga hari. Akan tetapi, bagaimana Pendamping membangunkan keluarga-keluarga yang sangat membutuhkan di jamah dan dituntun. Bagaimana Pendamping meyakinkan kesejahteraan hidup sebagai cahaya kehidupan yang membahagiakan. Bagaimana Pendamping dengan segala keterbatasannya membawa mereka keluar dari rantai. Membuka ikatan dan melepaskannya, walaupun membutuhkan waktu yang panjang. Namun, yakinlah kita akan selalu berjalan bersama. Bersama kita mampu meretasnya. Bersama kita membuka jeruji yang meliliti KSM.

Dear Pendamping,
Diakhir surat terbuka ini, saya kembali membuka memori tahun-tahun yang berlalu. Ada gendrang yang ditabuh dengan gemerincing yang bernyanyi riang pada gumpalan cerita yang tersisa. Kini, kita memasuki usia yang keempat dalam perjalanan bersama kita. Lelahkah kita? Entahlah nuranimu sendirilah yang mampu menjawab. Di jalan penuh terjal, kadang kita merasa lelah dan menggelantung pada kenyataan bahwa anak-anakmu memintamu membelikan jajan, your wife menawarkan dengan penuh romantis, ayah malam ini kita makan di luar. Apa jawabanmu. Diamkah? Tensi naikkah? Atau membuka jurus sekedar meyakinkan bahwa ototmu bisa mengalahkan semuanya? Atau berlari keluar sekedar menghindari jawaban atau pertanyaan lanjutan. Ataukah raut muka tidak bersahabat dengan sesekali menghela nafas panjang. Ataukah dengan polos dan jujur, katakan tidak. Ataukah merasionalisasi dengan argumentasi penuh intrik. Entahlah jawabannya ada dinuranimu semua. Mungkin hanya bisa katakan kita menunggu. Menunggu dan menunggu.
Sebelum saya menutup rangkaian bait-bait ini, izinkan saya untuk menyampaikan maafku untukmu semua, mungkin ada goresan hati ini membuatmu marah, cembrut, galau. Maafku juga untuk semua informasi yang datang dengan tiba-tiba. Terimakasih juga untuk canda dan tawanya. Kita akan selalu bersama mengarungi bahtera Komitmen ini menuju kesuksesan.
Selamat pagi PKH!! Selamat pagi PKH!! Selamat pagi PKH!!

Sincerely yours            


Efrem Dianto, S. Fil, M. Th 
(KORKAB Manggarai Timur)


[1] Dureng dalam bahasa manggarai yang artinya musim hujan

PROFIL DAN PELAKSANAAN PKH KABUPATEN SUMBA TIMUR




Kabupaten Sumba Timur merupakan Kabupaten yang menempati bagian Timur Pulau Sumba. Memiliki Luas Wilayah 7000’5 Km2 dan Jumlah Penduduk yang mendiami Kabupaten tersebut sebanyak 231,392 Jiwa (2011) dengan Kepadatan Penduduk 33 Jiwa/Km2. Kabupaten ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara               : Selat Sumba
Selatan            : Samudra Hindia
Barat               : Kabupaten Sumba Tengah
Timur              : Laut Sabu

Kabupaten ini memiliki 22 Kecamatan yang terdiri dari :
 
Dari kecamatan-kecamatan tersebut terbentuk 140 Desa, 16 Kelurahan. Tingkat kehidupan RumahTangga Sangat Miskin (RTSM) sebanyak 2720 KK dengan tingkat kemiskinan sebanyak 32,42% (74.000 Jiwa)
Kondisi topografi Kabupaten Sumba Timur secara umum datar (di daerah pesisir), landai sampai bergelombang (wilayah dataran rendah <100 meter) dan berbukit dan pegunungan (wilayah dataran tinggi >1000meter). Lahan pertanian terutama di dataran pantai utara yang memiliki cukup banyak air serta didukung sungai-sungai besar. Setidaknya terdapat 88 sungai dan mata air yang tidak kering di musim kemarau.
Rangkaian pegunungan dan bukit-bukit kapur curam yang menguasai wilayah bagian tengah dengan empat puncak yaitu : Mawunu, Kombapari, Watupatawang dan Wanggameti. Dataran rendah terdapat di sepanjang pesisir dengan bagian yang cukup luas di Tanjung Undu (pesisir paling barat). Kabupaten ini beriklim tropis dengan musim hujan yang relatif pendek dan musim kemarau yang panjang (delapan bulan). Suhu rata-rata adalah 22,5 derajat sampai 31,7 derajat Celsius. Musim hujan biasanya terjadi di bulan Desember sampai Maret untuk daerah pesisir sedangkan di daerah pedalaman terjadi pada bulan November sampai April. Jumlah curah hujan dalam setahun diperkirakan sekitar 1.860 milimeter, sehingga daerah ini termasuk daerah beriklim kering.
Amplitudo suhu yang tinggi mengakibatkan batu-batuan menjadi lapuk, tanah merekah dan terjadi seleksi alam terhadap tumbuhan dan hewan yang dapat hidup dalam kondisi demikian. Karena itu, jenis tumbuhan yang ada umumnya berupa tanaman keras seperti jati, kelapa dan aren, sementara hewan peliharaan pada umumnya adalah sapi, kerbau dan kuda yang telah menyesuaikan diri dengan keadaan alam Sumba yang berpadang sabana luas.
Keadaan tanah di Sumba Timur mengandung pasir, kapur dan batu karang karena ratusan ribu tahun yang lalu daerah ini berada di bawah permukaan laut. Setelah zaman es berlalu, daratan ini muncul di atas permukaan laut, sehingga sering dijumpai berbagai jenis hewan laut seperti kerang, ikan dan tanaman laut yang telah menjadi fosil di bukit-bukit karang.



Adapun pelaksanaan PKH di Kabupaten Sumba Timur dari Tahun ke Tahun yaitu :

1.       Tahun 2012
Kabupaten Sumba Timur  masuk menjadi peserta Program Keluarga Harapan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial No. 66A/LJS/04/2012 Tanggal 2 April 2012 dengan sasaran pada 12 Kecamatan 76 desa dan 16 kelurahan dari 22 Kecamatan 156 desa/kelurahan di Kabupaten Sumba Timur
2.       Tahun 2014
Melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor :161/LJS/12/2013 ditetapkan kembali 10 Kecamatan dengan 64 desa sebagai Kecamatan Pengembangan  PKH di Kabupaten palaksana PKH tahun 2014, dengan demikian 22 kecamatan di Kabupaten Sumba Timur telah menjadi peserta PKH
3.       Tahun 2015
Sesuai Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial N0.22/LJS/06/2015 tentang penetapan lokasi penambahan kepesertaan Keluarga Sangat Miskin (KSM) pada  kabupaten/kota pelaksana PKH Tahun 2015, Kabupaten Sumba Timur mendapat penambahan peserta PKH sebanyak 2.893 KSM yang tersebar pada 5 (lima) kecamatan dan setelah dilakukan validasi,  KSM yang masih memenuhi syarat (Eligible) sebanyak 2.623 KSM yang tidak memenuhi syarat (non eligible) sebanyak 270 KSMSesuai Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial N0.22/LJS/06/2015 tentang penetapan lokasi penambahan kepesertaan Keluarga Sangat Miskin (KSM) pada  kabupaten/kota pelaksana PKH Tahun 2015, Kabupaten Sumba Timur mendapat penambahan peserta PKH sebanyak 2.893 KSM yang tersebar pada 5 (lima) kecamatan dan setelah dilakukan validasi,  KSM yang masih memenuhi syarat (Eligible) sebanyak 2.623 KSM yang tidak memenuhi syarat (non eligible) sebanyak 270 KSM.



Penyaluran Bantuan PKH
Pelaksanaan penyaluran bantuan PKH di Kabupaten Sumba Timur sejak tahun 2012 hingga tahun 2015 berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena ada koordinasi yang baik dengan PT.Pos Waingapu dan Tim Koordinasi Tingkat Kabupaten.



















Rapat Koordinasi PKH
Rapat Koordinasi PKH di Kabupaten Sumba Timur sejak tahun 2012 hingga tahun 2015 berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena ada koordinasi yang intens antara Dinas Sosial dengan Tim Koordinasi Tingkat Kabupaten.



                

Waingapu, 10 Februari 2016